Kekasih aku tahu tak mudah mengarungi hidup tak mudah menyiasati perih menyingkirkan duri dan onak aku tahu tak mudah melempar senyum sementara hati tersayat tak mudah menahan tangis sementara darah mengucur membungkam amarah sementara nanah membuncah aku tahu tak mudah mengekang keinginan sementara asa di tangan terbelah tak mudah membekap iri sementara etalase terpampang begitu sempurna mengerangkeng tangan sementara ranum buah di depan mata Kekasih tapi hidup adalah proses bukan akhir tapi hidup adalah rumus bukan hasil tapi hidup adalah perjalanan bukan peristirahatan tapi hidup adalah garis bukan titik Kekasih bukan aku benci darah bukan pula nanah atawa air mata bukan aku benci akhir bukan pula hasil atawa titik Kekasih aku sadar sepenuhnya darah dan air mata adalah juga proses nanah dan titik adalah bagian hidup aku hanya ingin kita merangkulnya dengan senyum kita menjalaninya dengan menepuk dada Kekasih kita bukan siapa-siapa juga bukan apa-apa tapi kita juga adalah cahaya juga bagian penting kosmos Kekasih hidup ini indah dan selalu indah Kekasih aku belajar dari Chuyia dari India gadis 8 tahun yang menjadi janda dan diasingkan bahkan sebelum ia sdar apa arti menjadi istri gadis kecil yang menjadi korban kebiadaban sesuatu bernama agama Kekasih aku belajar dari Chava dari El Salvador lelaki kecil yang selalu berharap tak berulang tahun ke-12 karena 12 berarti saat di mana ia harus melangkah terseok ke sebuah truk untuk menjadi tentara pembunuh sesama aku belajar dari Marsinah dari Pasuruan yang terus dan terus menganyam harap meski nyawa meregang Mereka hanya punya senyum karena itu mereka hidup dan merayakan kehidupan Kekasih mari kita tersenyum karena senyum itu hidup
senyum
30 Senin Apr 2007
Posted Puisi, Rengeng-rengeng
in